MENTALITAS SANG JUARA

MENTALITAS SANG JUARA


Mental. Kata "mental" menurut KBBI
ialah sesuatu yang bersangkutan
dengan batin dan watak manusia.
Sesuatu yang bukan bersifat badani
atau tenaga. Mental berkait erat
dengan perasaan. Seseorang yang
bermental sensitif, maka akan mudah
marah, sedih, tersinggung bahkan
putus asa. Namun sifat ini bisa
berubah jika seseorang telah
mengalami pergeseran usia dan pola
pikir. Pola pikir yang dimaksudkan di
sini adalah mampu menilai dari sudut
pandang yang luas. Bukan
mengedepankan sensitifitas perasaan
yang dimilikinya. Namun tak menutup
kemungkinan bahwa mentalitas
seseorang akan lebih lambat
berkembang dibandingkan orang lain.
Bisa jadi ketika usia semakin
bertambah, namun mentalnya tetap
berada dalam kondisi lemah.
Mentalitas sangat diperlukan oleh
setiap orang demi mencapai
kepribadian yang matang dan
bersikap dewasa. Menumbuhkan
keberanian dan kecerdasan.
Pertumbuhan hal tersebut juga
dipengaruhi oleh lingkungan
sosialnya. Seseorang yang hidup di
lingkungan masyarakat atau keluarga
pemberani, besar kemungkinan ia
akan tumbuh sebagai orang yang
berani. Seseorang yang hidup di
lingkungan masyarakat atau keluarga
yang pengecut, besar kemungkinan
ia akan tumbuh menjadi orang yang
pengecut pula.
Dalam lingkup sosial masyarakat
hedonis, akan menumbuhkan orang-
orang yang berpikir dengan cara
hedonis. Dalam lingkup sosial
masyarakat rendah, akan
menumbuhkan orang-orang yang
berpikir sebatas apa yang tersugesti
dalam alam bawah sadarnya saja dan
mentalitasnya pun jauh berbeda.
Mental bukanlah sesuatu yang
permanen seperti halnya karakter.
Namun bisa hijrah dari satu kondisi
ke level yang lebih tinggi. Sebagai
contoh; orang yang sebelumnya
penakut, mudah marah, cepat
tersinggung, bisa berubah jadi
pemberani, berpikir dewasa dan tak
mudah tersinggug. Ini dipengaruhi
sebuah faktor bernama kecerdasan,
pola pikir atau sudut pandang
terhadap sesuatu. Dan satu faktor
pendukung yang tak kalah pentingnya
yaitu sifat komunikatif. Namun
karakter, biasanya akan lebih
permanen. Seseorang yang
berkarakter tertentu, kecil
kemungkinan dapat diubah. Kecuali
ia betul-betul dapat menyadari akan
kondisi jiwanya.
Orang yang cerdas dan komunikatif,
biasanya mampu mengendalikan
sifat-sifat negatif dalam dirinya.
Sehingga mental yang bersemayam
dalam jiwanya tidak melemah. Ilmu
komunikasi banyak dipelajari dan
diterapkan oleh orang-orang yang
berjiwa sosial tinggi. Sebab dengan
cara komunikasi itulah mentalitas
akan tumbuh kembang kualitasnya.
Orang yang mampu berkomunikasi
dengan baik, biasanya ia akan
memikirkan bagaimana bisa menahan
diri di saat emosi negatifnya
terpancing oleh suatu faktor. Ia akan
menggunakan ilmu komunikasinya
untuk bermusyawarah atau sekedar
menampik dengan cara dan bahasa
yang tepat. Seseorang yang
komunikatif, biasanya identik dengan
sifat humoris, yang mana hal
tersebut biasanya diperoleh tanpa
sadar, namun karena faktor refleksi
dari bahasa yang dimilikinya itu
sendiri. Besar kemungkinan sifat ini
membawa mentalnya pada tingkat
yang lebih tinggi. Sehingga tak
mudah tersinggung karena mampu
berpikir secara otomatis komunikatif.
Kecuali bila karakter dalam dirinya
memang sensitif. Jadi, sifat yang
humoris identik dengan orang yang
komunikatif.
Mentalitas dari jiwa yang humoris
dan komunikatif akan mampu
menahan dirinya dari tindakan
negatif reaktif. Dan sifat ini sangat
berguna ketika seseorang
dihadapkan pada suatu masalah
dalam berbagai hal, kritik, misalnya.
Diskusi serta tanya jawab mengenai
permasalahan yang ada adalah suatu
tindakan yang biasanya akan
ditempuh demi menemukan titik
kesepakatan atau pada sudut prinsip
masing-masing.
Nah! Di bawah ini ada sebuah contoh
sifat humoris komunikatif yang
dimiliki seseorang. Ia mampu
menjadi pemantul bola sehingga tak
muncul tindakan yang reaktif. Sebab
punya cara mengembalikan rasa
tersinggungnya dengan ilmu
komunikasinya. Namun jangan coba
menerapkan pada diri Anda terhadap
orang lain bila tak benar-benar akrab,
apalagi tentu saja Anda memiliki
bahasa yang baik. Sebab bahasa
berikut adalah bersifat kasar. Sebagai
berikut:
Beberapa jam lalu, saya melakukan
perjalanan menggunakan sebuah
mobil teman, menuju rumahnya.
Kebetulan saya diminta untuk
menyupirinya. Setelah sampai, saya
kesulitan memasukan mobil yang
memang cukup besar itu, dengan
cara mundur ke dalam garasinya.
Mungkin di samping sempit, saya
belum terbiasa memarkir mobil itu ke
dalam garasinya.
"Anda bodoh! Parkir segitu saja tidak
bisa," kata teman saya.
"Anda jauh lebih bodoh! Melihat
orang bodoh parkir tak mau
membantu," jawab saya.
"Hahaha," kami berdua tertawa.
Begitulah mentalitas sang juara
dalam mengembalikan bola, dengan
cara smash! Jika saya mengandalkan
perasaan, mungkin akan menjawab,
"Jaga mulut Anda! Ngatain orang lain
bodoh, memangnya Anda ini sudah
paling pintar, ya? Ngaca dong, ngaca!
Introspeksi dirilah sebelum menjudge
orang lain!", kemudian berantem dan
mentalnya "mental". Jadilah manusia
yang bermental juara!

Oleh: D'Jev




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Back To Top